Pada tanggal 28 Juni 2019, prodi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo mengunjungi Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu. Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu merupakan salah satu objek wisata alam yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara administratif berada di dua wilayah, yaitu Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Subang. Berada di ketinggian 2.084 meter diatas permukaan laut (mdpl). Gunung api yang masih aktif ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang menarik di Jawa Barat. Dengan lingkungan alam yang sejuk, deretan kawah yang terbentang menjadi daya tarik tersendiri.

Sampai di parkiran bus langsung diarahkan oleh petugas untuk menaiki mobil wisata yang mengantarkan dari parkiran bus ke lokasi. Ketika turun dari mobil wisata tercium bau belerang yang sangat tajam, dan lingkungan alam yang sejuk. Cuaca hari itu bersahabat. Tidak hujan, tidak berkabut,dan juga tidak panas terik. Sampai di tangga atas, pemandangan sekitar kawah terlihat eksotis. Banyak orang yang berfoto di bibir kawah. Para wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan indah berupa hijaunya pepohonan dan lanskap gunung yang menjulang.

Tangkuban Parahu mempunyai kawah aktif. Ada 3 kawah yang dikenal oleh wisatawan, yaitu kawah ratu, kawah Domas (harus trekking untuk menuju kesana) dan kawah Upas (akses kesana sudah ditutup). Dari ketiganya, kawah terbesar adalah kawah Ratu yang berupa cekungan besar dengan kedalaman kurang lebih 500 meter. Waktu operasional Taman Wisata Tangkuban Perahu di Lembang Bandung ini buka dari pukul 07.00 – 17.00 WIB.

Taman Wisata Gunung Tangkuban Parahu bukan hanya keindahannya saja yang terkenal, wisatan Tangkuban Parahu juga mempunyai legenda yang sangat dikenal oleh masyarakat. Cerita seorang anak yang bernama Sangkuriang dan ibunya yang bernama Dayang Sumbi. Mereka bertemu setelah berpisah dalam waktu yang lama. Menurut legenda tersebut, Sangkuriang jatuh hati dan ingin menikahi Dayang Sumbi, yang tak lain adalah ibunya sendiri. Menyadari kekerasan hati sang anak, Dayang Sumbi akhirnya mengajukan sebuah permintaan sebagai syarat jika ingin menikahinya. Sangkuriang diminta untuk membuat sebuah telaga sekaligus perahu yang harus selesai dalam satu malam. Sangkuriang menuruti permintaan tersebut. Namun sayang ketika fajar terbit, telaga belum jadi. Oleh karena kemarahan atas kegagalannya, sangkuriang pun menendang perahu yang sudah jadi hingga jatuh dalam posisi terbalik itulah konon akhirnya menjadi gunung Tangkuban Parahu.

Merebus telur di kawah Domas, memang ukuran kawah Domas tidak sebesar kawah Ratu dan kawah Upas. Namun, kawah Domas justru memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh kawah ratu dan kawah Upas. Secara keseluruhan, kawah Domas didominasi oleh kubangan – kubangan air panas yang bisa di manfaatkan untuk merebus telur. Sumber panas tersebut berasal dari zat belerang yang begitu melimpah di sekitar kawasan gunung Tangkuban Perahu. Selain itu, sumber air panas ini bisa dimanfaatkan sebagai obat alami untuk menghilangkan berbagai penyakit kulit.

Ketika melakukan trekking menuju kawah ratu, kawah upas, dan juga kawah domas akan menemui beberapa pedagang yang menjajakan aneka souvenir berupa kaos bertuliskan Tangkuban Perahu, topi dan tas rajut dari bahan akar tumbuhan, serta aneka bentuk kreasi gantungan kunci yang cukup cantik. Uniknya lagi, di Tangkuban Perahu juga akan ditawari botol – botol yang berisi belerang, akar tanaman, ataupun souvenir khas terbuat dari bahan kayu batik. (widyaningsih)

PRODI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN UNIVET BANTARA SUKOHARJO MENGUNJUNGI TWA TANGKUBAN PERAHU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *